COVID-19 dan Hierarki Kebutuhan Maslow

Kita dan sebagian besar penduduk dunia lainnya saat ini sedang dilanda pandemi COVID-19. Akibat pandemi ini, kita “terpaksa” membatasi kegiatan di luar rumah atau aktivitas yang melibatkan banyak orang dan melakukan karantina diri untuk memutus rantai persebaran virus tersebut. Kita dan sebagian besar penduduk dunia saat ini seperti “dipaksa” untuk membuat rutinitas baru dalam masa karantina. Situasi ini tidak jarang membuat sebagian dari kita merasa stres, tertekan, bosan, bingung, sedih, marah, kesepian, dan berbagai emosi serta sensasi lainnya. Kita mungkin juga merasa terancam dengan adanya pandemi ini dan lebih memanifestasikan tenaga serta pikiran kita untuk bertahan hidup di tengah “ancaman” COVID-19. Apabila kita amati, situasi sekarang ini mengharuskan kita hidup dengan modus bertahan (survival mode). Bagaimana hal ini bisa terjadi?

***

Hierarki kebutuhan Maslow adalah teori psikologi yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow dalam makalahnya yang berjudul A Theory of Human Motivation pada tahun 1943. Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi. Kebutuhan-kebutuhan ini bersifat hierarkis. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. 

Baca juga: Tahukah Anda Kebutuhan Manusia Ada Tingkatannya? di sini.

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan fisiologis merupakan hierarki kebutuhan manusia yang paling dasar. Hal ini mencakup kebutuhan untuk dapat hidup meliputi sandang, pangan, papan seperti makan, minum, perumahan, tidur, dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)

Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan secara fisik maupun psikologis. Kita memerlukan perasaan aman untuk bisa menjalani hari-hari dengan baik. Perasaan aman tersebut meliputi rasa dimiliki dan diterima oleh orang lain maupun lingkungan sosial kita. Perasaan-perasaan semacam itu akan menggantikan perasaan-perasaan ketidakberdayaan yang terkadang muncul dalam diri. Itulah kenapa rasa aman ini menjadi penting dan membentuk belongingness.

3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)

Setelah kebutuhan akan rasa aman, muncullah kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari jalinan persahabatan, afiliasi (hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab), dan interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

4. Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan dan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas faktor kemampuan dan keahlian seseorang serta efektivitas kerja seseorang.

5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)

Aktualisasi diri merupakan hierarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan akan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.

COVID-19 dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar untuk Bertahan Hidup

Dalam situasi pandemi yang tidak menentu ini, telah banyak fenomena di masyarakat yang tampak jelas bahwa kita semua sedang fokus pada kebutuhan dasar yang utama yaitu 1). kebutuhan untuk mempertahankan hidup secara fisik dan fisiologis, 2). kebutuhan akan rasa aman, yaitu rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti penyakit, takut, cemas dan kebutuhan akan rasa aman secara psikis yang mengancam kondisi kejiwaan.

Tidak sedikit dari kita yang terdampak selama pandemi berlangsung. Beberapa mengeluhkan ketidakstabilan ekonomi, terguncangnya pikiran yang berakibat stres ringan hingga berat. Dengan sedikit gambaran mengenai kebutuhan dasar manusia, kiranya kita dapat memetik sedikit pemahaman mengenai situasi saat ini dan efeknya terhadap kondisi fisik serta psikis kita Maka dari itu, menjadi sangat wajar apabila fokus utama kebutuhan kita menjadi terdorong pada kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Selanjutnya, kita dapat mengarahkan diri pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut agar kita bisa bertahan pada kondisi yang tidak menentu seperti sekarang.

***

Bagi siapapun yang mungkin sebelumnya berada pada titik kebutuhan yang paling tinggi sekalipun, bisa jadi sekarang juga mengalami sedikit banyak dampak pandemi COVID-19. Tidak apa-apa, semua ini pasti akan berlalu termasuk kondisi pandemi ini. Tidak apa-apa ketika kita yang dulunya sudah berada di titik kebutuhan tertinggi berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow, kini harus berada di titik terendah sekalipun. Karena, semua orang di dunia memang sedang berjuang bersama untuk bertahan hidup di kondisi tidak menentu seperti sekarang. Mari bersama-sama untuk saling menyemangati dan mendukung orang-orang terdekat kita yang sama-sama berjuang memenuhi kebutuhan yang lebih utama yang perlu dipenuhi. Sekali lagi, kita tidak sendiri karena semua orang di dunia ini sedang merasakan hal yang sama. We are all in this together. 

Carilah sumber-sumber terpercaya terkait kondisi yang kita alami saat ini, terutama himbauan resmi dari pemerintah terkait protokol yang perlu dilakukan selama pandemi. Penuhilah kebutuhan fisiologis kita dengan baik secukupnya, sehingga kita tetap bisa menjaga kesehatan. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi stres atau cemas, baik itu relaksasi sederhana dengan menarik napas panjang setiap pikiran atau perasaan takut atau cemas muncul. Kita juga bisa menggunakan momen ini untuk menyambung kembali komunikasi dengan semesta dan kekuatan diluar diri kita dengan berdoa. Berbagilah perasaan dan pikiran kita pada orang-orang yang kita percaya atau bisa juga meminta bantuan profesional seperti psikolog yang sekarang ini bisa dilakukan secara online. Semoga kita tetap dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan utama kita dan sehat fisik, mental, juga spiritual! 

Mari kita lalui ini bersama-sama!

Baca juga: 14 Metode Self-care Untuk Kesehatan Fisik dan Mental di sini.


Artikel ini adalah Sumbang Tulisan dari Mestika Dewi. Mestika adalah seorang psikolog klinis yang memberikan layanan psikologis di salah satu rumah sakit di Jakarta. Mestika dapat dihubungi melalui email tikamemes@gmail.com.

Sumber gambar: www.unsplash.com

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Luka Batin Saya Kembali Menganga dan Membuat Saya Kerap Melukai Diri Sendiri

Next
Next

CURHAT: Apakah Saya Harus Melanjutkan Hubungan Saya dengan Pasangan?