Fakta Mitos Tentang Multitasking

Pernahkah Anda mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan sambil menonton acara televisi? Atau mungkin mengendarai kendaraan sambil mendengarkan lagu kesukaan kita di iPod? Saat ini sudah menjadi hal yang biasa untuk melakukan dua atau lebih kegiatan secara bersamaan. Apalagi teknologi yang sudah sedemikian canggihnya membuat kita mampu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Berikut adalah penjelasan dari beberapa penelitian terkait multitasking.

Mulitasking Mengefisienkan Waktu

Pada dasarnya, otak manusia hanya dapat berfokus pada satu kegiatan yang membutuhkan proses kognitif. Ketika kita melakukan multitasking, sejatinya kita tidak sedang melakukan dua hal sekaligus, namun hanya berpindah-pindah perhatian (atensi) dari satu kegiatan ke kegiatan lain (task switching). Hal inilah yang membuat kita menjadi tidak produktif. Dalam penelitian, orang yang melakukan multitasking akan mengalami penurunan produktivitas sebesar 40% dibandingkan individu yang fokus melakukan satu kegiatan secara penuh baru berpindah kepada kegiatan atau tugas lainnya.

Multitasking juga meningkatkan kemungkinan untuk melakukan eror atau kesalahan dalam pengerjaan tugas. Salah satu penyebabnya adalah saat kita melakukan multitasking, kita lebih sulit untuk menyaring informasi yang tidak relevan. Selain itu otak kita membutuhkan waktu empat kali lebih lama untuk mengenali satu tugas atau satu hal tertentu, sehingga saat kita multitasking justru waktu yang kita butuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut lebih lama.

Multitasking Merusak Otak

Penelitian terbaru dari University of Sussex menemukan bahwa individu yang kerap menggunakan dua atau lebih gadget dalam satu waktu (misalnya chatting sambil menonton TV) memiliki ketebalan otak yang lebih ringan, terutama di bagian anterior cingulate cortex. Padahal, bagian inilah yang mengontrol empati dan emosi.

Tak hanya itu, berpindah perhatian pada kegiatan satu ke kegiatan lainnya dapat berdampak pada penurunan memori. Hal ini dikarenakan kita tidak bisa melihat detail-detail informasi saat proses atensi atau perhatian kita bekerja untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Belum ada penelitian yang menunjukkan hasil bahwa individu yang kerap melakukan multitasking akan memiliki kapasitas kognitif yang baik. Justru dalam sebuah studi dari University of London menunjukkan bahwa subjek yang melakukan multitasking mengalami penurunan IQMultitasking juga meningkatkan produksi kortisol, yakni hormone yang menginduksi stress.

Perempuan Lebih Baik dalam Multitasking daripada Laki-laki

Meskipun belum ditemukan hasil studi yang konsisten, namun pada salah satu penelitian ditemukan bahwa perempuan memiliki kemampuan multitasking yang sedikit lebih baik dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian tersebut menunjukkan baik laki-laki maupun perempuan kesulitan untuk menentukan prioritas saat multitasking, namun laki-laki cenderung lebih kesulitan saat diberikan dua tugas yang membutuhkan perhatian penuh.  Namun hal ini perlu diteliti ulang, karena kemampuan kita dalam multitasking juga ditentukan oleh jenis tugas (apakah membutuhkan kemampuan spasial atau verbal) dan seberapa sulit tugas tersebut.

“The key is not to prioritise whats on your schedule, but to schedule your priorities” – Stephen Covey

Isnaini Rahmawati

Perempuan yang sedang belajar. Belajar tentang hidup, belajar untuk hidup, dan belajar untuk menghidupkan.


Previous
Previous

CURHAT: Sampai Usia Berapa Anak Saya Masih Bisa Dibentuk Karakternya?

Next
Next

Mengulas Kreativitas