Emosi Negatif di Masa Lalu dan Pencapaian Kebahagiaan

Saat menghadapi kegagalan, tentu kita akan merasa sangat sedih akan hal tersebut. Tapi pernahkah kita merasa kesedihan yang muncul bukan hanya bersumber dari kegagalan yang baru saja terjadi? Kegagalan, penolakan, dan penyesalan di masa lalu, tiba-tiba membangkitkan memori dan emosi negatif yang berujung pada bertambahnya kesedihan yang saat ini tengah kita alami. Hal tersebut tentunya akan sangat menyiksa terlebih bila kita harus terus merasakan semua rasa sakit itu. Padahal, hal itu sudah lama terjadi. Rasanya seperti sebuah luka lama yang terkoyak kembali.

“In times of stress, the best thing we can do for each other is to listen with our ears and our hearts and to be assured that our questions are just as important as our answers.”― Fred Rogers

Emosi Negatif di Masa Lalu yang Tak Tuntas

Kesedihan merupakan salah satu bentuk dari emosi manusia. Kesedihan bisa saja muncul ketika seseorang mengalami kekecewaan atau kehilangan akan sesuatu atau seseorang yang dianggap berharga. Saat hal-hal tersebut terjadi, tubuh akan merespon secara naluriah dari apa yang kita rasakan, seperti menangis, sulit tidur hingga merasa menyesal yang teramat sangat. Benar, dengan menangis mungkin akan membuat perasaan kita menjadi lebih baik. Namun, terkadang kita terus menjalani keseharian kita seperti biasanya hingga perasaan sedih kita perlahan seakan menghilang dan tertutup oleh kejadian lain dalam hidup kita. Namun, sebenarnya, tanpa kita sadari kesedihan itu tak sepenuhnya lepas dari kehidupan. Sehingga, saat masalah yang baru muncul, kesedihan di masa lalu tersebut akan kembali terkuak layaknya sebuah mata rantai yang mengikat kita untuk merasakan kebahagiaan.

Mencoba Menerima Masalah dan Kesedihan

Mata rantai kesedihan tersebut muncul akibat masa lalu yang tidak bisa kita terima sepenuhnya. Saat ini, mungkin kita merasa baik-baik saja. Namun, lama kelamaan hal tersebut bisa menghalangi kita untuk melihat dan berusaha mencari kebahagiaan. Apalagi bila kita sedang dalam situasi yang buruk.

Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah, dengan kesadaran penuh, menerima semua kondisi masa lalu yang pernah kita alami. Hal ini bisa menjadi salah satu solusi untuk menghancurkan mata rantai tersebut. Berdamai dengan masa lalu dan memaafkan akan membuat semuanya menjadi lebih baik daripada kita terus menolak dan mengabaikan perasaan yang pernah dialami di masa lalu kita.

Mengubah Cara Pandang Kita Terhadap Masa Lalu

Masa lalu memang tak bisa kita ubah. Ia akan selalu ada dan menjadi sejarah dalam kehidupan kita. Entah masa lalu itu baik atau buruk, ia akan selalu kita bawa. Untuk bisa berdamai dengan masa lalu yang tidak menyenangkan, salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah merubah cara pandang kita terhadap masa lalu tersebut. Jadikanlah masa lalu itu sebagai sebuah pembelajaran yang memang layak untuk dikenang. Hadapilah dengan senyuman. Ubahlah pemikiran bahwa masa lalu adalah sebuah belenggu yang menghalagi kebahagiaan kita di masa sekarang atau di masa depan.

Berdamai dengan Masa Lalu adalah Sebuah Perjalanan

Proses menuju penerimaan merupakan sebuah perjalanan dan menjadi pembelajaran hidup yang tak terlupakan. Bagaimana kita belajar untuk memahami gap antara kehidupan yang kita bayangkan dengan realita yang kita hadapi serta dengan lapang berdamai dengan hal tersebut. Bukan hal yang mudah memang. Namun juga bukan hal yang tidak mungkin. Kita semua mempunyai potensi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Hal itu diawali dari sebuah penerimaan, dan salah satunya adalah penerimaan terhadap masa lalu.

“Don’t cry because it’s over, smile because it happened.” ― Dr. Seuss

Artikel ini adalah sumbang tulisan dari Kartika Dewi. Saat ini ia bekerja sebagai staf ekspor impor di sebuah perusahaan swasta. Kartika Dewi adalah seorang pribadi INFP yang dikelilingi oleh rekan-rekan ekstrovert. Ini adalah artikel pertamanya di Pijar Psikologi. Ia merasa terinspirasi dan mendapatkan banyak “aha” momen saat membaca artikel-artikel Pijar Psikologi. Oleh karena itu, Kartika Dewi ingin membagikan tulisannya agar dapat bermanfaat bagi pembaca Pijar. Untuk membaca tulisan-tulisan Kartika Dewi, dapat mengakses websitenya di http://littleduck1.blogspot.com/.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Ketika Diri Sendiri Juga Ingin Dipahami

Next
Next

CURHAT: Hidup Saya Terasa Hampa dan Tidak Punya Tujuan